Sebelumnya kita sudah membahas sedikit mengenai "FOUNDER", lalu pada artikel ini kita masih akan membahas topik yang berkaitan dengan hal tersebut, dimana hal yang mau kita bahas adalah kesalahan yang biasa dilakukan oleh founders dan solusinya, saat menjalankan bisnis starupnya.
Disini saya sudah merangkum beberapa kesalahan yang biasa dilakukan oleh founders dan juga solusinya, apa saja kah itu? Yuk.. Silahkan disimak ya... 😉
KESALAHAN YANG BIASA DILAKUKAN OLEH FOUNDERS DAN SOLUSINYA
Berkembangnya bisnis STARUP khususnya di Indonesia mungkin merupakan pertanda bahwa saat ini makin banyak orang-orang yang memiliki kreativitas dan ide-ide yang membentuk suatu inovasi. Dalam membangun sebuah bisnis STARUP bagi sebagian orang mungkin akan sangat mudah, apalagi jika orang tersebut telah memiliki beberapa MENTALISAS dan POLA PIKIR seorang founder. Tetapi saat kita telah berhasil membangunnya, perlu diingat kita juga harus memepertahankannya, dan terkadang mempertahankan bisnis STARUP jauh lebih sulit daripada membangunnya.
Berikut merupakan kesalahan yang biasa dilakukan oleh Founders dalam mebangun bisnis STARUP dan Solusinya:
1. Tidak menjadikan kegagalan sebagai kunci atau strategi untuk mencapai kesuksesan.
Membangun suatu bisnis yang sukses atau berhasil pasti akan ada banyak cara, tetapi tidak ada satu formula yang bisa menjamin membuat bisnis kita menjadi besar dan sukses. Dalam membangun sebuah bisnis pasti akan ada yang namanya kegagalan, tetapi bagimana menyikapi kegagalan itu adalah kunci keberhasilan bisnis kedepan. Jika seorang founders tidak bisa melihat kegagalan sebagai suatu peluang maka besar kemungkinan usahanya tidak akan bertahan lama.
🟊Solusi:
Selalu jadikan kegalan sebagai sebuah peluang mencapai kesuksesan, pelajari akar masalah yang menyebabkan kegagalan tersebut, dan buat suatu starategi yang tepat berdasar kegagalan tersebut agar kedepan tidak terulang kembali. Apabila masih menemukan kegagalan, terus temukan cara lainnya.
2. Menganggap budaya perusahaan terbentuk begitu saja.
Sebagai seorang founders, jangan pernah sekalipun menganggap bahwa budaya perusahaan adalah hal yang tidak perlu diperhatikan, apalagi sampai menganggap budaya perusahaan terbentuk begitu saja. Budaya perusahan sama dengan cara kerja perusahaan, oleh karenanya founder harus bisa membangung budaya perusahaan yang lebih baik.
🟊Solusi:
Bangun komunikasi yang baik dengan tim, tuliskan setiap kata-kata yang menggambarkan budaya perusahaan kita, dan lakukan evaluasi setidaknya sebulan sekali untuk memastikan apakah kata-kata tersebut amsih relevan dengan semangat atau budaya perusahaan saat itu.
3. Menerima rekan kerja hanya dari kalangan terbatas / teman sendiri.
Tidak salah memang apabila ingin menerima rekan kerja yang merupakan teman sendiri, tetapi sebagai seorang founder harus berhati-hati akan hal ini, tetap harus bersikap profesional dalam bekerja. Bekerja dengan teman sendiri memang akan sangat membantu dalam hal komunikasi, tetapi sayangnya hal ini juga akan sangat mudah menyebabkan suatu masalah, apalagi saat ada masalah personal yang kemudian dibawa dalam pekerjaan. Sebagai seorang founder harus bisa menyikapi hal ini secara profesional.
🟊Solusi:
Tetapkan aturan dan skenario terburuk seperti melakukan pemecatan terhadap teman kita. Pikirkan juga bagaiman kita akan mengintegrasikan orang ke dalam budaya perusahaan yang sudah ada, dengan tujuan untuk mencegah orang lain merasa terkucilkan dari "lingkaran dalam".
4. Memepekerjakan banyak orang pertanda usaha semakin sukses.
Ingat, semakin banyak orang yang bisa kita pekerjakan didalam bisnis STARUP yang sedang kita bangun secara cepat bukan berarti itu pertanda kalau bisnis ini berjalan baik atua sukses. Semakain banyak orang yang dipekerjakan artinya semakin banyak pula orang yang harus kita handle atau awasi serta digaji, makinbanyak pula pengeluaran kita.
🟊Solusi:
Tidak perlu memepekerjakan banyak orang saat memulai mebangun bisnis STARUP, tetapi carilah cara untuk memangun tim yang solid dari tim yang sudah ada. Jaga semangat tim dengan menentukan ukuran kesuksesan yang lebih akurat, dan temukan cara untuk merayakan kemenangan kecil secara sederhana namun berarti.
5. Tidak mempertimbangkan karakter diri para karyawan atau rekan kerja.
Mendapatkan orang pintar untuk bekerja diperusahaan STARUP yang kia bangun mungkin akan mudah, tetapi mendapatkan orang dengan karakter yang baik cukup sulit. Terkadang orang pintar belum tentu memiliki karakter yang baik, bisa jadi orang itu justru malah menjadi sumber masalah dalam perusahaan karena memiliki karakter yang buruk. Memilih orang pintar untuk membantu mengembangkan usaha memang tidak salah, tetapi memperhatikan karakter pekerja juga diperlukan.
🟊Solusi:
Hati-hati pada saat melakukan penyaringan dalam proses wawancara, dapat dilakukan dengan cara menandai kandidat dengan jawaban yang hanya mementingkan diri sendiri, atau berbicara tentang keburukan teman kerja atau timnya dikantor sebelumnya. Jika sudah behati-hati namum tetap kelolosan dan orang yang memiliki karakter buruk telah masuk di lingkungan perushaan kita, maka bicaralah pada mereka dan jelaskan apa yang kamu harapkan dari mereka untuk berubah, jika hal ini masih tidak dihiraukan, jangan ragu untuk melakukan pemecatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar